Sengaja
saya memakai istilah ‘kaweruh’ artinya pengetahuan supaya berbeda dengan ‘ilmu’
yang bernuansa supranatural atau kesaktian. Sedangkan ‘wisesa jati’ adalah
penguasaan yang sejati atau pengendalian.
Jadi
maksud dari kaweruh wisesa jati adalah pengetahuan tentang pengendalian, mulai
dari mengendalikan diri sendiri maupun mengendalikan alam yang tujuannya adalah
mengendalikan hidup pribadi.
Kaweruh
wisesa jati adalah suatu pemahaman tentang supranatural, spiritual maupun
filsafat orang jawa dalam sudut pandang mindseting dan sugesti.
Bukan
untuk meng-ilmiah-kan budaya jawa tetapi hanya sebuah pemahaman dengan logika
jaman sekarang apakah adat dan tradisi jawa yang detail, rumit dan sarat dengan
filosofi namun kadang tersamar dalam kiasan itu masih relevan dengan era global
yang serba praktis, cepat dan langsung ke tujuan.
Pemahaman
ini dirangkum dari berbagai sumber baik yang tersurat dan tersirat dalam
primbon, tembang, kidung dan sebagainya maupun yang tersamar dalam ritual, laku
dan cara hidup orang jawa. Mungkin sangat berbeda sekali pokok bahasannya
karena memang saya mengamati dari sisi dan sudut pandang yang berbeda dari
biasanya.
Kaweruh
wisesa jati adalah pengetahuan terapan maksudnya adalah pengetahuan untuk
dijalani sehari-hari seperti sebuah ‘laku’ dalam tradisi jawa.
Adapun
tujuan dari laku ini adalah untuk meningkatkan kemampuan didalam pengendalian
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Pengendalian diri pribadi.
Meliputi mengenal ‘sejatining pribadi’ , pengendalian
perilaku, memanfaatkan chakra, self healing, self motivation, dsb.
2. Pengendalian alam.
Meliputi mengenal alam semesta, memanfaatkan energi alam
semesta, dsb.
3. Pengendalian Hidup.
Meliputi manunggaling kawulo gusti, memproyeksikan kehidupan
masa depan, me-wiradati kodrat dsb.
Yang
mana akan dicapai sebuah kehidupan yang selaras dengan alam dan seimbang antara
kehidupan jasmani & rohani atau material & spiritual.
Meskipun
menggunakan istilah pengendalian bukan berarti mensejajarkan diri dengan
kekuasaan Tuhan tetapi justru sebaliknya untuk lebih mengerti tentang system
yang diciptakan Tuhan untuk alam semesta ini sehingga kemampuan dalam memahami
dan mengendalikan adalah berdasarkan atas rasa kepasrahan total atas kekuasaan
Tuhan. Karena bagaimanapun juga semua kejadian di dunia ini adalah terjadi atas
kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
I. Hidup Selaras dengan alam.
Tuhan
menciptakan alam semesta termasuk didalamnya adalah manusia, dengan suatu
system yang sempurna untuk mengendalikan, merawat dan menjaga system tersebut
tetap berjalan. Dengan adanya system tersebut maka kinerja dari alam semesta
dijalankan secara otomatis, terus menerus dan saling berkait sesuai apa yang
sudah menjadi ketentuan dan kehendak Sang Pencipta.
Adanya
malam dan siang, grafitasi bumi, pergantian musim dan lain sebagainya adalah
menunjukkan bahwa alam semesta berjalan dalam sebuah system yang lebih dikenal
sebagai hukum alam. Sementara hukum sebab akibat yang ada pada manusia dikenal
sebagai karma, takdir dan lain sebagainya.
Kesadaran
tentang hukum alam yang saling berkait ini sudah ada pada budaya jawa sejak
jaman dahulu, mulai dari masa animisme dan dinamisme sampai kemudian ke masa
masuknya agama dan kepercayaan kesadaran akan pengaruh alam semesta terhadap
manusia ini masih bertahan.
Manusia jawa percaya bahwa mereka tidak hidup ‘sendirian’ di alam semesta ini, mereka percaya bahwa ada ‘kehidupan lain’ yang berdampingan dan berkaitan dengan kehidupan manusia. Kehidupan lain tersebut bisa saja berada di pohon, batu, gunung, laut dan sebagainya yang tampak oleh mata ataupun kehidupan yang tidak terlihat oleh mata, yang kesemuanya bisa berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Manusia jawa percaya bahwa mereka tidak hidup ‘sendirian’ di alam semesta ini, mereka percaya bahwa ada ‘kehidupan lain’ yang berdampingan dan berkaitan dengan kehidupan manusia. Kehidupan lain tersebut bisa saja berada di pohon, batu, gunung, laut dan sebagainya yang tampak oleh mata ataupun kehidupan yang tidak terlihat oleh mata, yang kesemuanya bisa berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Keyakinan
bahwa alam semesta sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia inilah yang
mewarnai budaya jawa sehingga pola hidup tradisional orang jawa adalah selalu
selaras dengan alam. Ilmu perbintangan (pawukon), zodiak (weton), petungan,
katuranggan, sampai ilmu tentang pusaka menunjukkan bahwa orang jawa selalu
berpedoman dengan hukum alam dan selaras dengannya.
Sementara
perwujudan akan pengakuan atas eksistensi dan pengaruh alam dalam kehidupan
manusia terlihat dari bermacam ritual dan sesaji yang mana pada hakekatnya
semua hal tersebut adalah bentuk dari pengakuan bahwa manusia jawa hidup ‘bertetangga’
dengan kehidupan lain di alam semesta ini.
Manakala
konsep hidup selaras dengan alam ini mulai luntur dan diingkari maka yang
terjadi adalah kehidupan yang tanpa arah. Kehidupan yang menuntut segala
sesuatu secara instant memunculkan hidup dalam rasa tertekan yang mengakibatkan
banyaknya penyakit, turunnya rasa kepedulian sosial, arogansi, dan depresi
dalam masyarakat. Sementara eksplorasi alam yang tidak bijak menyebabkan
kerusakan alam di mana-mana yang pada akhirnya menimbulkan berbagai bencana
alam.
Lunturnya
pola hidup yang selaras dengan alam ini terjadi karena banyak faktor namun yang
paling besar pengaruhnya bisa disimpulkan seperti di bawah ini :
1. Karena pengajaran dari nenek moyang orang jawa yang unik
dengan berbagai symbol dan kiasan (perlambang dan sanepan) sehingga membuat
banyak penafsiran sehingga tak jarang justru penafsiran yang salah yang banyak
dipercaya masyarakatnya.
2. Pengaruh masuknya agama dan budaya modern membuat semakin
lunturnya konsep hidup selaras dengan alam ini.
Pada masyarakat yang merasa modern menganggap bahwa budaya
ini tidak rasional dan tidak ilmiah sehingga dianggap sudah tidak relevan
dengan perkembangan jaman. Sementara dikalangan masyarakat agamis konsep ini
dianggap bertentangan dengan ajaran agamanya, meskipun sebenarnya hal tersebut
dikarenakan pemahaman spiritual yang sangat dangkal.
Kedua faktor tersebut, diakui atau tidak, sangat berperan dalam proses lunturnya konsep kehidupan budaya yang sarat dengan keselarasan terhadap alam.
Kedua faktor tersebut, diakui atau tidak, sangat berperan dalam proses lunturnya konsep kehidupan budaya yang sarat dengan keselarasan terhadap alam.
Ironisnya justru kesadaran untuk hidup selaras dengan alam
dan bahwa alam sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia justru mulai
tumbuh dan berkembang di negara-negara barat yang lebih dikenal sebagai
masyarakat yang mengedepankan rasio dan sektarian. Berbagai teori baru muncul
dan meyakini bahwa alam berpengaruh terhadap kehidupan manusia baik dalam
membentuk karakter, kehidupan ekonomi dan sosial sesorang. Sebuah teori baru di
negara barat yang sudah dijalankan oleh nenek moyang orang jawa selama
berabad-abad.
II. Alam semesta.
Dalam
pandangan budaya jawa di alam semesta ini terdapat dua alam yang disebut
sebagai jagad alit (micro cosmos) dan jagad ageng (macro cosmos). Secara fisik,
seperti halnya teori barat, jagad alit (micro cosmos) adalah alam manusia
sedangkan jagad ageng (macro cosmos) adalah alam semesta/jagat raya, namun
dalam pandangan hakekat atau supranatural jawa sebenarnya adalah kebalikannya
bahwa jagad alit (micro cosmos) adalah alam semesta dan jagad ageng(macro
cosmos) adalah alam/diri manusia.
Pandangan
tersebut dikarenakan bahwa alam semesta ini berjalan menurut takdirnya sebagai
contoh : bumi berputar mengelilingi matahari, arah putaran bumi dan kecepatanya
berjalan sesuai takdir atau hukum alam, bumi tidak memiliki kehendak untuk
berhenti atau berbalik arah misalnya.
Sedangkan
kehidupan manusia berjalan atas kehendak, manusia makan, minum dan beraktifitas
dalam hidupnya semua berjalan atas kehendaknya sendiri.
Begitulah
maka dalam hakekat dan pandangan supranatural jawa bahwa alam atau diri manusia
lah sebenarnya yang disebut sebagai jagad ageng (macro cosmos) karena mempunyai
kehendak dalam mengatur pergerakannya.
Pandangan
ini diperkuat dalam kisah wayang tentang Dewa Ruci, alkisah dalam puncak
perjalanan sang Bima untuk mencari Tirta Perwita Sari (air kehidupan) sampailah
dia ke dasar samudera dan bertemu dengan Dewa Ruci makhluk kecil merupakan
miniatur dirinya yang mana hanya kepada Dewa Ruci ini lah Bima bisa melakukan
duduk dan berposisi sembah. Bima pun ragu ketika diperintahkan untuk masuk ke
tubuh dewa ruci mengingat tubuh raksasa sang Bima tidak sebanding dengan
kecilnya tubuh Dewa Ruci yang hanya sekepalan tangan.
Namun kata Dewa Ruci jangankan tubuh sang Bima,bahkan alam semesta pun bisa masuk ke dalam tubuhnya, dan ketika sang Bima masuk kedalam tubuh Dewa Ruci maka tampaklah olehnya bulan, bintang, matahari serta alam semesta berada bersamanya.
Namun kata Dewa Ruci jangankan tubuh sang Bima,bahkan alam semesta pun bisa masuk ke dalam tubuhnya, dan ketika sang Bima masuk kedalam tubuh Dewa Ruci maka tampaklah olehnya bulan, bintang, matahari serta alam semesta berada bersamanya.
Cerita
wayang tersebut menjelaskan tentang makna bahwasanya manusia memiliki kuasa
atas pengendalian alam semesta.
III. Bagaimana alam semesta
mempengaruhi kehidupan manusia ?
Kedua
alam baik jagad alit maupun jagad ageng masing-masing memiliki sifat saling
kuasa menguasai atau dalam bahasa jawa disebut dengan istilah wisesa amisesa
wus. Keduanya bersifat untuk cenderung menjadi dominan dalam kehidupan, namun
demikian jagad alit yang ada dalam diri manusia akan lebih banyak mengontrol
sedangkan alam semesta cenderung bersifat merespon karena memang jagad manusia
lah yang memiliki kehendak sedangkan alam semesta hanya berjalan sesuai takdir.
Jadi
sebenarnya manusia itu sendirilah yang mengatur dan mengendalikan kehidupanya
apakah menjadi sedih, gembira, miskin, kaya, beruntung, sial, dan sebagainya,
karena alam semesta hanya merespon dan menciptakan situasi sesuai dengan
‘perintah’ yang berasal dari pikiran manusia.
Nah,
yang banyak terjadi adalah manusia justru ‘dikuasai’ oleh respon alam karena
tidak menyadari bahwa dirinya mengirim sinyal tersebut dan justru menjadi lebih
meyakininya sebagai takdir.
Untuk lebih jelasnya saya berikan
contoh sebagai berikut :
-Kehidupan di kota besar menuntut orang-orang untuk
berfikir, bekerja atau bertindak lebih cepat karena besarnya tingkat
persaingan, alam pun merespon pikiran tersebut dan menciptakan situasi dimana
orang-orang menjadi lebih agresif dan serba cepat, tekanan akibat situasi yang
diciptakan alam ini mendorong dan meyakinkan kembali manusia bahwa memang
mereka harus agresif, demikan berulang seperti lingkaran yang tak berujung
membuat manusia terjebak dalam situasi yang sebenarnya tercipta karena hasil
pikiran sendiri.
-Seorang pengeluh akan selalu menemukan situasi dan kondisi
yang tidak menyenangkan dan membuatnya mengeluh karena dia terjebak dalam
sinyal pikirannya sendiri dan meyakini akan respon alam semesta.
-Seorang periang akan selalu menemukan situasi dan kondisi
yang menyenangkan yang membuatnya selalu riang gembira karena respon alam
semesta membuatnya gembira maka sinyal yang dipancarkan dari pikiranya adalah
kegembiraan, demikian berulang kembali sehingga membuatnya menjadi seorang yang
periang.
-Jika anda perhatikan sepenggal bait lagu yang berbunyi “
yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin” maka fenomena tersebut bisa
dijelaskan bahwa orang miskin merasa bahwa dia harus bekerja keras untuk
mendapatkan kekayaan dan merasa dirinya tidak memiliki kekayaan sehingga alam
meresponnya dengan membuat situasi dan kondisi dimana dia serba kekurangan
serta harus bekerja keras untuk mendapatkan kekayaan, sementara sebaliknya
orang kaya berfikir bahwa dia akan mudah untuk mendapatkan harta dan merasa
memiliki kekayaan sehingga alam meresponnya dengan situasi dan kondisi dimana
dia akan dengan mudah mendapatkan kekayaan dan selalu dalam kondisi
berkecukupan.
Begitulah,
dalam bahasa jawa dikenal ungkapan ‘lahir kuwi utusane batin’ apa yang terlihat
lahiriah sebenarnya adalah perintah atau suatu perwujudan dari apa yang ada
dalam batin / fikiran, jika anda selalu berfikir positif maka anda juga akan
mendapatkan hal-hal yang positif demikian sebaliknya.
Nah,
jika anda tidak puas dengan kehidupan anda sekarang ini maka mulailah merancang
seperti apa kehidupan yang anda inginkan dengan mengubah cara berfikir anda
kemudian biarlah alam semesta merespon dan menciptakan situasi dan kondisi
sesuai kehendak anda.
IV. Pengendalian Diri.
Tahap
awal dalam mengendalikan diri ini adalah mengenal diri pribadi masing-masing
mulai dari fisik, supranatural, spiritual, dsb sampai didapat sebuah gambaran tentang
‘sejatining pribadi’, dengan demikian akan disadari tentang tataran dan
kapasitas diri.
Dengan
mengetahui ‘sejatining pribadi’ maka akan didapat rasa percaya diri yang tepat
bukan ‘over convidency’ namun juga bukan minder, ibarat memiliki sebuah komputer
kita tahu berapa kapasitasnya sehingga akan jelas bagaimana meng-up grade untuk
meningkatkan kemampuannya serta tahu tujuan dan penggunaanya.
A.
Ruwat
Ruwatan
adalah suatu ritual di jawa yang bertujuan untuk menghilangkan sukerta atau
sengkala yang bermakna membuang segala pengaruh buruk pada diri manusia, karena
dipercaya ada orang dengan kriteria tertentu yang membawa sukerta tersebut
alami sejak lahir. Pada perkembanganya ruwatan juga dilakukan untuk
membersihkan pengaruh-pengaruh buruk untuk suatu tempat atau orang-orang yang
sedang terkena kesulitan hidup, seperti misalnya jika suatu daerah sering
terkena bencana alam, wabah penyakit, atau jika seseorang sering mengalami
musibah dan kesulitan ekonomi.
Jika
tradisi ritual ruwatan ini masih eksis sampai sekarang tentulah karena memang
ritual tersebut telah terbukti merubah kehidupan banyak orang menjadi lebih
baik atau setidaknya sudah terbukti menghilangkan atau setidaknya meminimalkan
pengaruh-pengaruh buruk yang sering dialami.
Tentu
saja banyak pula yang tidak mendapatkan pengaruh apa-apa setelah dilakukan
ritual ruwatan namun mungkin jika dibandingkan dengan yang berhasil prosentase
nya lebih sedikit.
Apa sebenarnya ritual ruwatan tersebut jika dikaji dalam hubunganya dengan alam semesta, dan mengapa ada yang berhasil dan gagal ?
Apa sebenarnya ritual ruwatan tersebut jika dikaji dalam hubunganya dengan alam semesta, dan mengapa ada yang berhasil dan gagal ?
Hakekat
ruwatan sebenarnya adalah mindseting ulang fikiran manusia, dari fikiran bahwa
dirinya selalu akan mendapat kemalangan, penyakit, musibah dan sebagainya,
untuk itulah maka istilah yang dipakaiadalah ‘dibersihkan’ artinya adalah
membuang semua fikiran-fikiran negatif tentang kehidupan pribadi dan memulai
dengan mindset baru. Jika kemudian ada yang berhasil karena mereka bisa
meninggalkan mindset yang lama sehingga respon alam berupa situasi dan kondisi
yang buruk tidak lagi berlaku karena telah diganti dengan ‘kehendak’ baru yang
akan membuat alam semesta merespon dengan situasi dan kondisi sesuai mindset
yang baru, sementar kebanyakan yang gagal adalah karena masih meyakini mindset
lama dan tidak mampu meyakini perubahan yang diinginkan.
Jika
anda ingin kehidupan yang lebih baik maka anda perlu diruwat, perbaharui
mindset anda agar mendukung keinginan anda. Maka anda pun akan terkondisi
dengan prilaku dan situasi yang membawa anda menuju keberhasilan tujuan anda.
Bebaskan diri dari rasa ketakutan & kekhawatiran yakinlah dalam mencapai
tujuan seperti sebuah anak panah yg lepas dari busurnya yg tdk akan berhenti
sebelum mencapai titik sasaran
Laku
Laku
dan tirakat adalah cara orang jawa dalam berusaha mencapai suatu keinginan
mulai dari keinginan akan suatu ilmu, kekayaan, kesaktian, pangkat, rejeki dan
sebagainya yang merupakan keinginan orang dalam hidup. Namun laku ini bukan lah
suatu usaha yang berhubungan dengan keinginan tersebut tetapi lebih cenderung
ke arah spiritual atau keyakinan.
Banyak macam orang dalam menjalani laku mulai dari puasa, tidak tidur, berendam di sungai, sampai kepada ritual yang aneh dan tidak masuk logika orang modern yg lain, yang kesemuanya bertujuan agar apa yang menjadi harapan mereka bisa tercapai.
Banyak macam orang dalam menjalani laku mulai dari puasa, tidak tidur, berendam di sungai, sampai kepada ritual yang aneh dan tidak masuk logika orang modern yg lain, yang kesemuanya bertujuan agar apa yang menjadi harapan mereka bisa tercapai.
Jika
di aplikasikan pada jaman sekarang pastilah akan terasa berat untuk tidak tidur
atau berpuasa selama 7 atau 40 hari penuh tanpa makan, sementara kewajiban atas
pekerjaan dan aktifitas sehari hari menuntut orang untuk tetap fit dan dalam kondisi
yang prima.
Jika demikian apakah konsep tentang laku ini sudah tidak relevan lagi dengan kondisi jaman sekarang ataukah masih perlu untuk dijalankan?
Jika demikian apakah konsep tentang laku ini sudah tidak relevan lagi dengan kondisi jaman sekarang ataukah masih perlu untuk dijalankan?
Jawabanya
adalah Ya, anda masih perlu menjalankan laku, karena konsep tentang laku ini
masih harus dijalankan dengan menyesuaikan perubahan jaman.
Hakekat
laku adalah upaya dalam menjaga agar tetap fokus pada mindset dan tujuan,
dengan demikian akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu
tetap dalam arah yang membangun tercapainya tujuan. Sebagai contoh misalnya ada
orang yang menginginkan kekayaan maka dengan menjalankan laku dia akan menjauh
dari tindakan pemborosan atau berfoya-foya dan kemudian akan cenderung hidup
berhemat serta bekerja lebih keras. Jika anda ingin sukses dalam karir maka
jadikanlah pekerjaan adalah laku anda sehingga mendorong anda bekerja lebih
profesional, jujur dan disiplin dengan demikian anda akan terhindar dari
kebiasaan dan etos kerja buruk yang dapat menghancurkan karir anda.
Jadi
bisa disimpulkan bahwa yang membuat orang berhasil mencapai tujuannya dengan
menjalankan laku adalah bukan karena bentuk ritualnya melainkan karena mereka
akan cenderung tetap fokus kepada apa yang menjadi tujuan sehingga segala
sesuatu yang dikerjakan akan terkondisi pada arah untuk mencapai tujuan. Jika
kita ambil hubunganya dengan pemahaman tentang alam semesta maka laku akan
memperjelas visualisasi tujuan yang terekam dalam memori otak kita sehingga
respon alam semesta akan lebih cepat diterima.
Jika
anda ingin sukses dalam mencapai tujuan maka jalankan laku dengan cara tetaplah
fokus pada keinginan untuk mencapai tujuan tersebut.
Mekanisme
kehendak
Tindakan
manusia dikendalikan oleh 3 unsur yang terdapat dalam fikiran yaitu cipta, rasa
dan karsa, agar tercapai semua tujuan atau cita-cita maka ketiganya haruslah
selaras.
Cipta.
Adalah akal fikiran manusia atau semua yang bisa ditangkap oleh panca indera sehingga bentuk dan visualisasinya jelas.
Adalah akal fikiran manusia atau semua yang bisa ditangkap oleh panca indera sehingga bentuk dan visualisasinya jelas.
Rasa.
Adalah hati nurani yang mengendalikan semua perasaan manusia seperti marah, sedih, gembira, semangat, lesu dan sebagainya.
Adalah hati nurani yang mengendalikan semua perasaan manusia seperti marah, sedih, gembira, semangat, lesu dan sebagainya.
Karsa
Adalah keinginan atau bagian yang menggerakkan manusia untuk mencapai keinginannya.
Adalah keinginan atau bagian yang menggerakkan manusia untuk mencapai keinginannya.
Sebagai
gambaran bagaimana ketiga unsur ini berjalan adalah sebagai berikut :
-Keinginan untuk minum misalnya, berawal ketika panca indera
kita merespon suhu panas atau gerah yang ditangkap cipta kita sehingga membuat
rasa merespon suasana haus dan menggerakkan karsa untuk keinginan minum.
-Namun untuk aktifitas atau tujuan yang besar dan tidak bisa
spontan sering kali ketiga unsur tersebut tidak selaras sehingga tujuan menjadi
tidak tercapai. Sebagai contoh misalnya seseorang berkeinginan untuk meraih
sukses, cipta atau visualisasi keinginan yang ditangkap pertama kali mungkin
jelas, dan rasa maupun karsa pada saat tersebut mungkin juga merespon positif
namun dalam perjalanan waktu karena benturan kesulitan dan persoalan yang
ditangkap oleh cipta pada berikutnya akan menggoyahkan keyakinan dalam rasa
sehingga berpengaruh pada karsa atau keinginan yang memudar sehingga akhirnya
tujuan tidak tercapai.
Jadi
jelas bahwa untuk mencapai tujuan maka ketiga unsur tersebut haruslah selaras
yang pada akhirnya arah dan tujuan akan tetap fokus dan jelas sehingga akan
menciptakan respon dari alam semesta yang mendukungnya.
Dari
ketiga unsur tersebut rasa berperan sangat penting karena rasa adalah jembatan
antara cipta dan karsa, rasa adalah keyakinan yang menjembatani antara
kenyataan dan harapan. Selain daripada tersebut karena cipta atau fikiran yang
ditangkap sangatlah banyak sehingga akan susah mengontrolnya satu persatu,
sedangkan rasa berhubungan dengan suasana hati sehingga akan lebih mudah dalam
mengontrol namun demikian keyakinan yang ada pada rasa akan sangat berpengaruh
pada semuanya, itulah sebabnya banyak sekali metoda atau cara dalam mengolah
rasa.
Narimo ing pandum lilahing Gusti
artinya
‘menerima/ikhlas atas apa yg diberikan Tuhan’, narimo ing pandum bukan berarti
cuma pasrah akan apa yg terjadi, tetapi suatu sikap batin dimana kita ikhlas
menerima apapun yg terjadi setelah kita melakukan upaya dan ikhtiar.
Sikap
narimo ini akan membuat kita merasa ‘selalu berkecukupan’ dan tidak akan lelah
untuk mencapai yang lebih, karena usaha dan perjuangan yg dilakukan untuk
mendapatkan peningkatan (materi maupun spiritual) bukan berdasarkan nafsu dan
ambisi tetapi sebagai sebuah laku atau kewajiban manusia dalam hidup.
kalau
kata ahli agama kita harus selalu bersyukur atas anugerah Tuhan, kalau kata
ahli mind power jika kita selalu berfikir bahwa kita ‘berkecukupan’ maka alam
akan merespon dan menciptakan kondisi kita menjadi ‘berkecukupan’. orang jawa
bilang : narimo ing pandum.
Sapa weruh ing panuju, sasat sugih
pager wesi
Setelah
diruwat, dibersihkan dari anasir-anasir yg negatif, kekuatiran, ketakutan dan
ketidak yakinan menjadi sirna lalu apa berikutnya ?
Tetapkan
tujuan !
Tanpa
tujuan, perjalanan hanya akan berputar mengikuti waktu.
Tanpa
tujuan, hidup tidak akan memiliki arah yang pasti.
Sapa
weruh ing panuju (siapa yg tau akan tujuan hidupnya) sasat sugih pager wesi
(seolah-olah punya (banyaK) pagar besi yg melindungi).
Siapapun
yg konsisten dalam meraih tujuan pasti tidak akan tergoda oleh segala hal yang
akan menggagalkan atau memperlambat tercapainya tujuan tsb.
Karena
tujuan itulah yg akan ‘memagari’ dari pengaruh-pengaruh yg mengagalkannya.
Jangan
hanya menggantungkan cita-cita setinggi langit tapi yakinkan dan berusahalah
untuk mencapainya..perjalanan panjang bukan lah satu kali lompatan besar, namun
terdiri dari ribuan
KIDUNG DARMAWEDHA
1. Ana pandhita akarya ing wangsit,mindha kombang
angajab ing tawang ,susuh angin ngendi nggone ,lawan galihing kangkung
,wekasane langit jaladri ,isining wuluh wungwang lan gigiring punglu,tapaking
anglayang ,manuk miber uluke ngungkuli langit,kusuma anjra ing tawang.
2. Ngambil banyu apikulan warih,amek geni sami
adadamar,kodhok ngemuli elenge ,miwah kang banyu den kum,kang dahana murub
kabesmi ,bumi panetak ingkang,pawana katiyub,tanggal pisan kapurnawan,yen
anenun sonteg pisan anigasi kuda ngrap ing pandegan.
3. Ana kayu apurwa sawiji wit buwana epang keblat
papat,agedong mega tumembe ,apradapa kukuwung kembang lintang segara langit
,sami andaru langit,woh surya lan tengsu.asirat bun lawan udan ,apupuncak akasa
bungkah pratiwi oyode bayu bajra.
4. Wiwitane duk anemu candi,gegodhonganbmiwah
wawarangkan.sihing hyang kabesmi kabeh ,tan ana janma kang weruh yen weruha
purwane dadi .candi segara wetan ,ingobar karuhun,kahyangane sanghyang tunggal
,sapa reke kang jumeneng mung hartati ,katon tengahing tawang.
5. Aunung agung segara sarandil,langit ingkang
amnegku bawana ,kawruhana ing artine ,gunung segara umung,guntur sirna amnegku
bumi ,tug kang langit buwana,dadya weruh iku mudya madyaning
ngawiyat,mangasrama ing gunung agung sabumi,candhi candhi sagara.
6. Gunung luhure kagiri giri,sagara agung datanpa
sama,pasampun kawruhan reke,artadaya ounuku ,datan kena cinakreng budi,anging
kang sampun prapta ing kuwasaning ,angadeg tengahing jagad ,wetan kulon lor
kidul ngandhap myang nginggil ,kapurba wisesa.
7. Bumi sagara gunung myang kali,sagunging kang
isining bawana,kasor ing artadayane ,sagaar sat kang gunung ,guntur sirna guwa
samya nir,singa wruh artadaya,dadya teguh timbul lan dadi paliyasing prang,yeng
lulungan kang kapapag wedi asih sato galak suminggah.
8. Jim perih prayangan samya wedih, mendhak asih
sakehing drubiksa,rumeksa siyang dalune singah anempuh lumpuh,tan tumama ing
awak mami kang nedya tan raharja,kabeh pan linebur,sakehe kang nedya ala,larut
sirna kang nedya becik basuki,kang sinedya waluya.
9. Siyang ndalu,rineksa hyang widhi ,dinulur
saking karseng hyang widhi,kadhep ing jalma kabeh,apan wikuning wikuwikan
liring pujasamadi ,dadi sasedyanira mangunah linuhung paparab hyang tegalanang
asimpen yen tuwujuh jroning ati,kalis ing pancabaya.
10. Yen kinarya atungguh wong sakit ejim setan
datan wani ngambah rineksa malaekat ,nabi wali angepung sakeh lara samya
sumingkir ,ingk.ang nedya mitenah ,maring awak ingsun ,rinusak dening pangeran
,eblis laknat sato marah padha mati ,tumpes tepis sadaya
Terjemahan lagu tentang ilmu terjadinya manusia
( Kawruh Dumadining Manungsa )
Dahulu kala kata para bijak
Terjadinya manusia di dunia
Kun Fayakun sabdaNya
Allah Yang Maha Agung
Apa yang dikehendaki lalu jadi
Yang pertama keadaan
Kemudian cahayanya
Gusti Allah yang berkuasa
Minyinari bulan bintang dan matahari
Seluruh angkasa raya.
Kenuddian Air kendhi keluar
Pepohonan hidup banyak mengisi bumi
Yang berupa intisarinya
Sinar dan air kendhi
Sang Angin sungguh merata
Inti sarinya angin
Hitam warnanya
Yang bernama Manik Ismaya
Inti sinar surya berwarna merah
Bernama Manik Mulat.
Inti sari air kendi
Warna putih dan inti keinginan
Bersatunya semua ini
Tri murti namanya
Kesempurnaan yang sungguh-sungguh terjadi
Yang diatas Guru Loka
Ditengahnya Yang bernama Endra Loka
Jana Loka dibawah tempatnya
Itulah bertubuhkan Bathara.
Tri Murti yang menyebar merata
Di angkasa tercipta kejadian
Mahluk yang bertubuh Cahaya namanya
Di darat yang bertumbuh
Tumbuhan dan binatang
Di bumi tumbuhan jadilah
Itulah yang tertancap
Wujud benda yang mempunyai maksud
Tak boleh gerak berubah
Sedangkan kotoran angin ini
Tersinari kecepatan cahaya matahari
Kemudian berubah menjadi encer
Yang halus mengalir berkumpul
betul-betul menjadi pusat bumi.
Yang kasar juga berkumpul
Disebelah pinggirnya
Yang akhirnya menjadi lautan
Ditengah perutmu.
Yang dinamakan empat unsur
Ya semua inti sarinya
Api, air, tanah keempatnya angin
Kesempurnaan sungguh2 bertemu
Jadilah badan kasarnya
Bulu, kulit, tulang, daging, otot dan darah
Sudah lengkap sempurna empat unsur Badan Jasmani manusia.
Guru Loka apa yang sungguh2
Angan-angan nalar dan pikiran
Endra Loka pakaiannya
Lima indra sebenar-benarnya
Juga rasa nafsu manusia.
Yang bernama Jana Loka
Rasa kemuliaan
Dari situlah keluar (jadi)
Yang menurunkan laki-laki dan perempuan
Memenuhi alam raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar